ya tidak hanya dalam makrifat dalam segala segi kehidupan jika kita tidak berguru kepada Allah maka gurunya syetan. Pemahaman selama ini kalau tidak berguru kepada manusia maka gurunya syetan. Lah bagaimana ini. Lah terus manusia yang dianggap guru itu gurunya siapa… lah antara murid dengan guru kan sama sama manusia … kalau sama sama manusia kok yang satu menganggap dirinya guru yang satu murid terus Allah mau diletakkan dimana? maka mari kita luruskan dalam bermakrifat kita berguru kepada Allah bukan kepada manusia. lho kenapa kok tidak boleh dengan manusia, sebab manusia tidak dapat memberikan hidayah atau petunjuk sehingga tidak pantas kita anggap sebagai guru dalam berjalan menuju kepada Allah. sarjana S1 tidak boleh mengajar mahsiswa S1 itu sama saja jeruk makan jeruk.
Dalam makrifat guru manusia hanya ada dua yaitu syetan atau Allah, logikanya kalai tidak Allah berarti ya syetan. maka kita harus lurus ke Allah, tidak yang lain. Anda mungkin gerah membaca tulisan saya ini tapi inilah fakta yang harus anda terima jika anda tidak menganggap Allah sebagai guru. Syetan ini sangat pandai dan licik, sesuatu yang jelas jelas sesat bisa dikemasnya dalam bentuk jalan ketuhanan, padahal sama sekali menyimpang.
maka meski bermakrifat ini mudah karena hanya Allah tetap anda akan dibelokkan kemana mana di buat cara yang “tidak ke Allah’ sehingga apa yang anda cita citakan tidak sampai pada tujuan anda. saya baca berbagai literatur tasawuf, hal berguru kepada Allah ini sangat di samarkan, di tutupi dengan hal hal yang kurang penting. misalnya tentang nasab, tentang fadhilah, tentang sanad tentang wiridan wiridan yang bisa untuk ini dan itu, yang ssemuanya itu bisa melenakan atau melupakan murid untuk berjalan lurus ke Allah.
ingat ketika tidak lurus ke Alah maka arahnya ke arah syetan.