Saya harus mengawali pelajaran Allahu akbar dengan dzikir nafas hingga benar benar masuk ke wilayah laisa kamitslihi syaiun. Kesadaran akan Allah yang tidak serupa dengan apapun. Dari sini baru saya mempercayai akan kekuatan Allah tentu saja di wilayah Allah yang tidak serupa dengan apapun, dan pastinya kekuatan Allahpun tidak serupa dengan apapun. Disini saya bertanya apakah disini letak ketinggian islam, dimana kekuatan Allah Tuhan yang disembah kekuatannya tidak serupa dengan daya, energi, power, chi atau lainnya, semoga iya. Sebab yang saya tahu Tuhan selain Islam masih ada di dalam pikiran dan masih bisa dipersepsikan.
kembali lagi ke belajar Allahu akbar. setelah berada di kekuatan Allah yang tidak serupa dengan apapun dan lebih besar dari apapun saya pun duduk disitu sambli terus menyaksikan, mempelajari terkadang sampai menghela nafas panjang. Dan saya harus terus waspada jangan sampai kekuatan Allah itu masuk dalam alam persepsi saya, untuk itu terus saya hilangkan dan hilangkan menuju kepada kekuatan yang tidak serupa dengan apapun.
Pelajaran ini menjadi awal ternyata terhadap tahmid dan tasbih. Pantas saja di beberapa amaliha takbir menjadi pembuka, seperti shalat misalnya, atau dalam awal membaca doa iftitah.
Allahu akbar, dimana saya belajar percaya akan kekuatan Allah yang tidak serupa dengan kekuatan apapun , dada saya terasa meluas, ada rasa plong dan lega. Biasanya kalau ada rasa lega dan plong itu pertanda bahwa pelajaran saya benar dan harus dilanjutkan.
Demikianlah pelajaran takbir yang setiap shalat saya baca, setiap habis salat saya baca 33 kali, dan diwaktu senggang saya baca Allahu akbar tanpa hitungan. Biarlah step ini dulu yang saya pelajari, meski ada tahmid dan tasbih. Sebab untuk bisa bertahmid dan bertasbih dengan benar wilayahnya adalah disini yaitu di wilayah Allahu akbar . Semoga ini menjadi bahan pelajaran bagi saya dan dan bagi sahabat yang sedang seperjalanan dengan saya, mendalami 3T, tasbih tahmid dan takbir.